![]() |
Gambar 1. Perudungan Anak Usia Dini By: NU Online |
Malang (1/12/24) – Fenomena perundungan atau bullying terus menjadi masalah sosial yang kompleks, terlebih dengan berkembangnya media sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi muda. Jika dulu bullying hanya terjadi di lingkungan sekolah, kini media sosial telah membuka "medan baru" bagi perundungan yang tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Menurut laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), perundungan di sekolah masih menduduki peringkat tertinggi dalam pengaduan masalah anak. Namun, tren baru menunjukkan bahwa perundungan siber (cyberbullying) mengalami peningkatan signifikan seiring dengan semakin maraknya penggunaan platform digital oleh anak-anak dan remaja.
Bullying di sekolah masih menjadi perhatian serius. Perundungan sering kali berbentuk verbal, fisik, atau psikologis, seperti ejekan, pemukulan, hingga pengucilan sosial. Mahasiswa Berprestasi Program Studi Psikologi UNPAD, Rafli Iltizamulloh mengatakan bahwa Korban cyberbullying tidak dapat melarikan diri dari perundungan, karena media sosial dan platform digital selalu dapat diakses kapan saja. Ini meningkatkan risiko trauma yang lebih mendalam. Di dunia maya, pelaku bullying sering merasa "aman" karena anonimitas. Hal ini membuat mereka lebih berani melakukan tindakan yang tidak akan mereka lakukan secara langsung.
“Perlu dilakukan terapi perilaku kognitif kepada pelaku, karena dapat membantu pelaku bullying memahami penyebab perilaku mereka dan mengajarkan cara berinteraksi secara sehat.” – Tambahnya. Studi terbaru dari UNESCO menunjukkan bahwa lebih dari 30% siswa di Indonesia pernah mengalami bullying. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh korban tetapi juga oleh pelaku dan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Korban sering kali menderita gangguan kecemasan, depresi, hingga risiko bunuh diri, sedangkan pelaku bisa terjebak dalam siklus perilaku negatif yang sulit dihentikan.
Ali Hasan Assidiqi, selaku guru di SDN Sumbersari 2 Malang berpendapat bahwa sebenarnya bukan suatu fenomena tetapi sesuatu yang memang kerap terjadi di mana pun termasuk di sekolah. Dan sebenarnya hal itu dipengaruhi oleh pergaulan dan cara berfikir yang menganggap hal sepele akan tetapi dari hal tersebut yang nantinya berujung fatal dan menyebabkan perundungan yang berat. Pergaulan yang buruk sering kali membuat individu merasa tertekan untuk mengikuti perilaku negatif kelompok, termasuk perundungan.
Baca Selengkapnya: Revolusi Pendidikan Segi Mental, By KemenkoPMK
Korban perundungan sering kali berasal dari individu yang kurang memiliki dukungan sosial di lingkungan pergaulannya. Mereka cenderung terisolasi atau dianggap berbeda, sehingga menjadi target yang rentan. “Jadi hal ini memang harus di atas dengan baik oleh berbagai pihak baik sekolah dan orangtua hingga yang mendukung yakni teman dan masyarakat.” – Tambahnya.
Kehadiran media sosial membawa tantangan baru dalam isu perundungan. Berbeda dengan bullying tradisional, cyberbullying dilakukan melalui platform digital, seperti Instagram, TikTok, WhatsApp, atau bahkan permainan daring. Perundungan jenis ini sering kali anonim, sehingga pelaku merasa lebih aman melakukan tindakan yang merugikan korban.
![]() |
Gambar 2. Data Perudungan Anak By: Litbang Kompas |
Salah satu kasus yang sempat viral di Indonesia adalah seorang remaja yang menjadi korban penghinaan di grup media sosial sekolahnya. Korban mengalami tekanan emosional yang hebat akibat komentar-komentar negatif tentang penampilan fisiknya. Kasus ini menunjukkan bahwa cyberbullying dapat merusak mental korban dalam waktu singkat, bahkan lebih cepat daripada bullying konvensional.
Bullying, baik di sekolah maupun di media sosial, adalah masalah serius yang harus ditangani secara bersama-sama. Dengan pendekatan yang holistik, termasuk pendidikan karakter, pengawasan orang tua, dan regulasi media sosial, generasi muda dapat dilatih untuk menjadi pribadi yang peduli terhadap sesama dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Kita harus memastikan bahwa setiap anak merasa aman, baik di lingkungan fisik maupun digital.
Baca Juga: Eksplorasi Dampak Digital Media Sosial.
0 komentar:
Posting Komentar