Sumber : Dokumentasi oleh tuan rumah (12/11)
Kediri (12/11/24) - Sewelasan dilaksanakan pada
tanggal 10 Hijriah atau malam 11 seperti bulan-bulan sebelumnya. Tradisi ini
merupakan tradisi rutin Islam yang masih dilestarikan hingga sekarang di daerah
Kediri.
Rutinan ini beranggotakan bapak-bapak dengan
jumlah empat belas, dengan pelaksanaan yang bertempat di rumah masing-masing
anggota secara bergiliran. Kegiatan inti di dalamnya berupa pembacaan manaqib
Syeikh Abdul Qodir Al Jailani.
Rumah Bapak Darwanto terlihat sibuk. Bu
Yayuk Purniati sebagai istri sedang mempersiapkan hidangan berupa makanan
ringan, minuman, juga makanan berat, seperti: nasi beserta lauk pauk dan
sayur. Penggelaran karpet, penyiapan tempat, juga properti lainnya juga
dipersiapkan untuk kegiatan Sewelasan kali ini.
Acara dilaksanakan mulai pukul 20.00 dan
berlangsung selama satu setengah jam. Kegiatan dimulai dengan pembukaan, pembacaan
wasilah, dan dilanjutkan dengan pembacaan kitab manaqib Syeikh Abdul Qodir Al
Jailani dengan lagu seperti barzanji, kemudian ditutup dengan do’a. Setelah itu
acara makan-makan bersama sebagai bentuk rasa syukur. Para anggota menikmati
hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah.
Bulan ini rutinan dihadiri oleh seluruh
anggota. “Alhamdulillah seluruh anggota hadir mbak”, ucap ibu tuan rumah.
Perbedaan dari rutinan sekarang dengan sebelumnya terdapat pada kehadiran
anggota, dimana terkadang hadir semua, juga kadang ada beberapa yang
berhalangan.
Rutinan ini dilaksanakan dengan tujuan
menghormati Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang telah menyebarkan agama Islam di
pulau Jawa. Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir sehingga dilaksanakan
setiap tanggal tersebut untuk memperingati wafatnya.
Banyak nilai yang terkandung dalam tradisi
ini, seperti: kebersamaan yang memperkuat hubungan sosial, kemudian keikhlasan
hati untuk hadir dalam kegiatan positif juga pemberian sedekah tanpa mengharap
imbalan, dan nilai spiritual yang mendekatkan diri kepada Allah juga menguatkan
keimanan seseorang melalui tawasul kepada para wali-wali-Nya dan juga pembacaan
manaqib.
Meskipun zaman sekarang sudah modern,
tetapi tradisi Sewelasan masih dilaksanakan secara rutin hingga saat
ini, sehingga tidak mengubah identitas keislaman di daerah Kediri. Tradisi
tetap berjalan seperti pada zaman-zaman sebelumnya. Jadi, rutinan ini tidak
hanya untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga berfungsi untuk memperkuat
pondasi keislaman dan sosial di tengah perubahan zaman.
Sewelasan sendiri merupakan kegiatan rutin yang memadukan antara budaya lokal dan nilai-nilai keagamaan. Budaya lokal tersebut berupa: acara kenduri atau selamatan yang dilaksanakan pada malam sebelas Hijriyah, dimana Sewelas sendiri merupakan angka sebelas dalam Bahasa Jawa. Kenduri atau makan bersama merupakan kegiatan yang tak dapat dipisahkan dengan tradisi Sewelasan ini, dimana di dalamnya mengandung sedekah dari tuan rumah, yakni berupa hidangan juga makanan berat yang disuguhkan saat kegiatan berlangsung.
0 komentar:
Posting Komentar