Sumber : sanggartaribaliquiart.blogspot.com
Malang (16/11/2024) – Seni tari merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya dan menyampaikan pesan kepada generasi muda. Hal ini diyakini oleh Adisvy Intania, mahasiswi jurusan Hukum Keluarga Islam UIN Malang angkatan 2021, yang telah mendedikasikan hidupnya untuk seni tari sejak usia dini.
Dalam wawancara eksklusif, ia menceritakan perjalanan panjangnya di dunia tari. “Saya mulai tertarik pada seni tari sejak kecil, diperkenalkan oleh kakak dan paman saya. Tari menjadi cara bagi saya untuk mengekspresikan diri sekaligus melestarikan budaya,” ujar Adisvy. Minat ini mulai ia tekuni sejak usia enam tahun, ketika bergabung dengan Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia Rantik Bandung. Di sana, ia mempelajari berbagai tari tradisional kreasi baru, seperti Tari Pelangi, Tari Rio Kendang Tulungagung, Tari Bapang, dan Tari Bajid Dor Kahut.
Meski penuh kecintaan, ia mengaku ada banyak tantangan yang ia alami selama menekuni dunia tari dalam. “Tantangan terbesar saya adalah menjaga keseimbangan antara komitmen pribadi dan profesional, serta terus berinovasi tanpa menghilangkan esensi tari tradisional,” jelasnya. Sebagai penari tradisional Jawa, Adisvy menekankan pentingnya teknik dasar seperti wiraga (gerakan tubuh), wirama (keselarasan gerak dengan irama), dan wirasa (penghayatan jiwa dalam tarian). Ia menganggap elemen-elemen ini sebagai kunci untuk menyampaikan pesan dan emosi dalam setiap gerakannya.
Ia juga menceritakan tentang salah satu momen paling berkesan dalam karirnya, yaitu ketika tampil di ajang Pemberdayaan dan Pengembangan Seni Tradisi (PPSD) pada tahun 2018 di Surabaya dan 2019 di Bojonegoro. Dalam dua kesempatan tersebut, ia bersama timnya berhasil meraih penghargaan kategori emas dan perak. “Pertunjukan itu tidak hanya menampilkan tari, tetapi juga memadukan seni drama. Oleh karena itu, ini menjadi pengalaman yang sangat spesial bagi saya,” kenangnya.
Ia percaya bahwa generasi muda harus diberi ruang untuk mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri. Melalui berbagai kegiatan seni, ia berharap dapat menginspirasi lebih banyak anak muda untuk mendalami tari tradisional. “Tari bukan hanya soal gerakan, tetapi juga soal memahami sejarah, nilai, dan filosofi di balik setiap langkahnya,” ungkapnya. Untuk mewujudkan visi tersebut, ia berencana mendirikan sanggar tari di kampung halamannya suatu saat nanti. “Saya ingin menciptakan tempat di mana anak-anak bisa belajar, berekspresi, dan mencintai budaya mereka tanpa tekanan,” tambahnya.
Bagi Adisvy, menari bukan hanya sekedar hobi, tapi juga cara ia dalam mengenal dan melestarikan budaya. “Tari adalah cara saya menjalin koneksi dengan budaya sekaligus memperkaya pengalaman pribadi,” ujarnya. Melalui tari, ia berharap dapat terus menginspirasi generasi muda untuk melestarikan warisan budaya Indonesia.
Oleh karena itu, dengan dedikasinya ia telah membuktikan bahwa seni tradisional mampu menjadi medium yang kuat untuk menjaga dan merayakan kekayaan budaya bangsa. Ia adalah contoh nyata bagaimana cinta pada budaya bisa menjadi semangat untuk terus berkarya dan berbagi.
0 komentar:
Posting Komentar