PAI Jurnalistik 2024

JURNALISTIK 2024

  • PENDIDIKAN

    Temukan berita penting dalam kajian pendidikan.

  • SOSIAL

    Fenomena sosial dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi anda.

  • BUDAYA

    Budaya nusantara akan lestari karena masyarakat terus update informasinya

Senin, 09 Desember 2024

Strategi CSR KOPMA Padang Bulan dalam Meningkatkan Kontribusi Sosial dan Branding di Lingkungan Kampus

 



Malang (9/12/2024) – Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Padang Bulan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program-program sosial dan pengembangan organisasi di lingkungan kampus melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR). Dana CSR ini dikelola oleh Bidang Public Relation (PR) KOPMA Padang Bulan dan diperuntukkan bagi berbagai kegiatan sosial serta mendukung penguatan branding KOPMA di kalangan mahasiswa.

Faizah Ukhti Rianda, yang akrab disapa Caca, selaku Kepala Bidang Public Relation KOPMA Padang Bulan menjelaskan bahwa dana CSR diambil dari laba koperasi yang kemudian dialokasikan untuk kegiatan dengan ranah sosial. “CSR adalah bentuk tanggung jawab sosial KOPMA. Dana ini kami gunakan untuk berbagai program kerja sosial seperti berbagi dengan panti asuhan, sponsorship untuk acara kampus, hingga program khusus seperti Mozaik Ramadhan,” ujarnya.

Dana CSR KOPMA dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu:

  1. Dana Sponsorship – Diperuntukkan bagi organisasi intra kampus seperti HMPS, DEMA, SEMA dan UKM. Prioritas diberikan pada program yang mendukung branding KOPMA sehingga mahasiswa lebih mengenal peran dan kontribusi koperasi.
  2. Dana Sosial – Digunakan untuk kegiatan seperti berbagi parcel kepada birokrasi kampus, pemberian ucapan karangan bunga untuk acara besar kampus, hingga bantuan beasiswa bagi anggota KOPMA.
  3. Mozaik Ramadan – Program khusus yang berfokus pada kegiatan sosial selama bulan Ramadan.

Caca menjelaskan bahwa pengajuan sponsorship dilakukan oleh panitia pelaksana acara melalui admin KOPMA PB. Setelah itu, proposal diajukan ke tim PR untuk didiskusikan bersama Ketua Umum KOPMA. Jika tujuan acara dan feedback kepada KOPMA sejalan, maka akan dibuat Memorandum of Understanding (MoU) sebagai bentuk kerja sama. “Kami mencari win-win solution, sehingga acara berjalan dengan baik dan KOPMA mendapatkan exposure yang sesuai,” tambahnya.

Meski waktu pengajuan sponsorship tidak ditentukan, Caca menegaskan bahwa dana CSR memiliki batas limit tahunan. Jika anggaran sudah mencapai limit, pengajuan sponsorship terpaksa ditolak secara baik-baik.

Selain mendukung acara kampus, KOPMA Padang Bulan juga memiliki program sosial lainnya, seperti pemberian beasiswa khusus bagi anggota koperasi. “Beasiswa ini kami alokasikan untuk anggota KOPMA yang aktif sebagai bentuk apresiasi dan dukungan untuk mereka,” ujar Caca.

Melalui program CSR ini, KOPMA Padang Bulan UIN Malang berharap dapat terus memberikan kontribusi nyata, tidak hanya untuk anggotanya tetapi juga untuk komunitas kampus secara luas. “Kami ingin KOPMA hadir dan dirasakan manfaatnya oleh semua elemen kampus,” tutup Caca.


Bagikan:

Kegiatan Susur Sungai Sukun: Antusiasme Mahasiswa Baru di Balik Tantangan Koordinasi

Kepanjen, Malang (27/10/2024) – Kegiatan susur sungai di Sungai Sukun, Kecamatan Kepanjen, menjadi ajang kolaborasi lintas elemen masyarakat. Acara ini merupakan acara yang diadakan oleh dinas lingkungan hidup malang yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 13.00 dengan dihadiri oleh mahasiswa baru UIN Malang, masyarakat sekitar, organisasi kemasyarakatan (Ormas), TNI-Polri, Dinas Lingkungan Hidup, serta siswa SMP di wilayah Kepanjen.

Dimulai dengan apel bersama di lapangan dekat Sungai Sukun, kegiatan dibuka oleh perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan Rektor UIN Malang. Mereka menyampaikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama sungai sebagai sumber kehidupan. Meski cuaca panas sempat membuat suasana kurang kondusif, semangat peserta tetap terjaga sepanjang acara.

Mayoritas peserta kegiatan ini adalah mahasiswa baru UIN Malang, yang diwajibkan mengikuti atas instruksi dari mudir Ma'had. Instruksi ini disampaikan melalui edaran resmi dan pengisian Google Form yang dikoordinasikan oleh musyrif, pendamping mahasiswa baru di asrama. Kebijakan ini diterapkan karena kurangnya partisipasi dari mahasiswa semester tiga ke atas, yang dinilai kurang antusias terhadap kegiatan sosial semacam ini.

Namun, koordinasi teknis kegiatan ini tidak lepas dari masalah. Pihak Dewan Mahasiswa (Dema), yang bertanggung jawab atas pendaftaran peserta, baru mengirimkan edaran dan Google Form pada hari kegiatan, pagi hari sebelum acara dimulai. Hal ini berbeda dengan pihak Ma'had yang sudah mengedarkan informasi sejak seminggu sebelumnya. Beberapa musyrif menyatakan bahwa penugasan wajib kepada mahasiswa baru terasa seperti langkah disengaja dari pihak Dema untuk memastikan jumlah peserta terpenuhi tanpa perlu mencari relawan tambahan.

Peserta tiba di lokasi menggunakan bus dan truk yang disediakan oleh TNI dan Brimob. Antusiasme tinggi terlihat meskipun beberapa kendala teknis, seperti keterlambatan konsumsi, sempat memicu keluhan dari sebagian peserta. Beberapa mahasiswa mengaku mulai merasa lelah karena perjalanan panjang dan cuaca yang panas, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat gotong-royong. Mahasiswa baru bersama Ormas menjadi kelompok paling aktif dalam aksi bersih-bersih, membersihkan sampah yang menyumbat aliran sungai.

Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup menyampaikan apresiasi atas partisipasi semua pihak. "Kami sangat mengapresiasi kehadiran dan kontribusi para peserta. Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan semua elemen masyarakat," ujarnya.

Selain fokus pada kebersihan, kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan peserta tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Melalui aksi nyata ini, diharapkan kesadaran masyarakat semakin meningkat untuk menjaga sungai tetap bersih dan bebas dari sampah. Bahkan, dampak positifnya sudah terlihat dari wajah Sungai Sukun yang lebih bersih setelah kegiatan.

Kegiatan ini juga menjadi momen untuk membangun kebersamaan antara berbagai pihak yang terlibat, sekaligus mendorong inisiatif serupa di masa depan. Di sisi lain, mahasiswa baru juga mendapatkan pengalaman berharga, seperti belajar bekerja sama dalam tim dan menghadapi tantangan lapangan.

Namun, sejumlah peserta berharap agar koordinasi di masa depan lebih baik, terutama dalam hal pemberitahuan, logistik, dan fasilitas. Dengan persiapan yang lebih matang, kegiatan seperti ini akan berjalan lebih lancar dan memberikan dampak yang lebih signifikan bagi masyarakat sekitar.

Dengan suksesnya kegiatan ini, masyarakat setempat dan pihak penyelenggara berharap acara serupa bisa dijadikan agenda tahunan. Partisipasi lintas elemen masyarakat diharapkan dapat terus ditingkatkan demi menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman, sekaligus memberikan ruang edukasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Bagikan:

Rektor Universitas Negeri Malang Menjadi Prabu Janaka

Spektakuler itulah hal pertama yang muncul dalam pikiran kami yang hadir dan menyaksikan secara langsung perhelatan Sendratari malam itu, Jumat, (18/10/2024). Di tengah hiruk pikuk kesibukan dunia kampus, Universitas Negeri Malang menggelar acara Seni Drama Dan Tari, sebagai acara puncak peringatan ulang tahunnya yang ke 70. Cerita yang di tampilkan dalam acara ini cukup familiar bagi kalangan masyarakat Jawa yakni kisah perjuangan cinta Ramayana.

Dokumentasi : Para pemeran berfoto bersama setelah pagelaran usai, nampak di tengah foto Rektor UM bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. mengenakan kostum Prabu Janaka

Pagelaran ini di mulai pada pukul 19.00 malam di gedung Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang. Meskipun sempat molor selama tiga puluh menit, para penonton tetap semangat menunggu dan terpukau dengan penampilannya. Diiringi suara musik khas Jawa menambah perasaan menegangkan ketika adegan Sri Rama mengalahkan Prabu Rahwana. Perpaduan pencahayaan dan background gambar seakan mengajak penonton untuk semakin masuk kedalam ceritanya. Tak lupa pakaian para tokoh pun dibuat semirip mungkin dengan aslinya.

Seluruh civitas akademika Universitas Negeri Malang berperan mensukseskan acara tersebut, baik itu dekan, dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa turut memerankan tokoh dalam kisah Ramayana tersebut. Yang cukup mengagetkan dan mengundang surak sorai dari para penonton adalah Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. selaku rektor Universitas Negeri Malang ikut tampil, beliau memerankan Prabu Janaka ayah Dewi Shinta.

Meri, seorang mahasiswa semester tujuh yang berperan sebagai “kijang” mengungkapkan perasaanya bangganya bisa satu panggung bersama bapak rektor. “Tentu saya bangga dong ini jadi pengalaman berharga bisa ikut berpartisipasi, akting bareng dosen dan prof Hariyono juga tadi,” ujarnya

Dua minggu adalah waktu yang di butuhkan para pemeran berlatih dan mempersiapkan diri untuk menampilkan perannya masing-masing. Meskipun bisa dibilang singkat namun di hari H mereka bisa dengan suksesnya menghipnotis mata penonton dengan akting yang memukau. “Kami persiapan cuma dua minggu, dari awal itu belum bisa berperan jadi apa apa, tapi bapak ibu aktor dan aktris yang lain semangat banget berlatihnya jadi saya juga ikut semangat”. Tambah Meri. 

Di tengah pagelaran beberapa dosen UM memberikan persembahan musik untuk menghibur para penonton. "Wah ga nyesel sih jadi mahasiswa UM, keren banget Dies Natalisnya". Ungkap Arrisa salah satu mahasiswa UM yang ikut hadir menyaksikan kemegahan gedung graha cakrawala malam itu. 

Setelah kurang lebih satu jam setengah penampilan, acara kemudian ditutup dengan sambutan dan ungkapan terimakasih serta rasa syukur dari rektor UM Prof Hariono. Lalu disusul oleh panitia yang menyediakan puluhan doorprize yang hadiah utamanya adalah sepeda listrik, untuk menutup kemeriahan malam itu. 



Bagikan:

Budaya Pondok Luhur: Santri Putri Mengikuti Shalat Jum’at

 

Malang - Shalat Jumat adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam, di mana setiap Muslim laki-laki wajib melaksanakannya. Namun, di pondok tersebut seiring dengan berkembangnya pemahaman dan penafsiran terhadap ajaran Islam, banyak para santri putri yang juga ikut dalam ibadah ini. Di Pondok Luhur, sebuah pondok pesantren yang terkenal dengan pendidikan keagamaannya, santri putri diberi kesempatan untuk melaksanakan shalat Jumat. kali ini akan membahas tentang shalat Jumat bagi perempuan di Pondok Luhur, serta dalil-dalil yang mendasari keputusan ini.

Pondok Luhur dikenal sebagai tempat yang memberikan ruang bagi santri putra dan santri putri untuk belajar dan beribadah. Dalam beberapa tahun lalu, pengurus pondok memutuskan untuk mengizinkan perempuan melaksanakan shalat Jumat di masjid pondok dikarenakan santri putra tidak sampai 40 orang. Hal ini merupakan langkah maju yang menunjukkan komitmen pondok dalam menghormati hak perempuan dalam beribadah. Setiap Jumat, santri putri di Pondok Luhur berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat Jumat. Mereka mengikuti khutbah yang disampaikan oleh khatib.

Dalam Islam, terdapat beberapa dalil yang mendukung pelaksanaan shalat Jumat bagi perempuan. Salah satu dalil yang sering dijadikan rujukan adalah hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan:

"Orang-orang perempuan juga diajak untuk menghadiri shalat Jumat." (HR. Ahmad)

Hadis ini menunjukkan bahwa perempuan tidak dilarang untuk mengikuti shalat Jumat, meskipun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti kebersihan dan pakaian yang sopan.

Selain itu, dalam Al-Qur'an terdapat ayat yang menegaskan pentingnya shalat dan berkumpulnya umat Muslim, yang bisa diartikan sebagai ajakan untuk beribadah secara kolektif:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu menuju zikir Allah dan tinggalkan jual beli." (QS. Al-Jumu'ah: 9)

Ayat ini menunjukkan bahwa shalat Jumat adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Meskipun ayat ini tidak secara eksplisit menyebutkan perempuan, banyak ulama berpendapat bahwa ayat ini juga mencakup perempuan, terutama dalam konteks komunitas yang saling mendukung dalam beribadah.

Keputusan Pondok Luhur untuk mengizinkan santri putri shalat Jumat mendapat sambutan positif dari masyarakat. Banyak keluarga yang merasa senang karena perempuan, termasuk ibu dan putri mereka, dapat beribadah bersama dalam suasana yang penuh keakraban. Hal ini juga memperkuat keharmonisan dalam keluarga, di mana semua anggota dapat beribadah bersama.

Namun, tidak sedikit juga yang masih mempertanyakan keputusan ini. Beberapa kalangan berpendapat bahwa shalat Jumat seharusnya hanya dilakukan oleh laki-laki, dengan alasan tradisi dan pemahaman yang sudah lama ada. Diskusi mengenai hal ini sering kali diadakan diantara para santri dan pengurus pondok, dengan tujuan untuk mencari pemahaman yang lebih baik mengenai posisi perempuan dalam ibadah.

Pondok Luhur telah menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk beribadah, termasuk dalam pelaksanaan shalat Jumat. Dengan dukungan dalil-dalil yang kuat dan pemahaman yang lebih luas, perempuan di Pondok Luhur dapat melaksanakan ibadah ini dengan penuh khusyuk. Hal ini tidak hanya memperkaya pengalaman spiritual mereka, tetapi juga memberikan contoh bagi komunitas lain untuk lebih inklusif dalam praktik ibadah.

Ibadah shalat Jumat bagi perempuan di Pondok Luhur adalah langkah yang positif menuju kesetaraan gender dalam konteks ibadah, yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi tempat-tempat ibadah lainnya. Semoga dengan adanya kesempatan ini, perempuan semakin termotivasi untuk memperdalam pemahaman agama dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Bagikan:

Halaqah Ilmiah: Ruang Temu Multidisiplin Ilmu Mahasantri Luhur


Dokumentasi Multimedia Pesantren Luhur

Malang – Di tengah era globalisasi yang terus berkembang, pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional semakin beradaptasi untuk memenuhi tuntutan zaman. Tidak hanya mengajarkan ilmu agama, pesantren kini juga membuka cakrawala baru dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Harmoni antar berbagai disiplin ilmu ini menciptakan atmosfer keilmuan yang kaya akan makna. Hal ini menjadi kunci untuk membentuk santri yang tidak hanya menguasai pengetahuan agama, tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia modern.

Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang menjadi salah satu pesantren yang menyediakan wadah bagi mahasantrinya untuk mendalami berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Pesantren ini memiliki program unggulan, yaitu halaqah ilmiah yang sekaligus menjadi agenda harian. Halaqah ilmiah Pesantren Luhur memiliki ciri khas yang unik, dengan topik pembahasan yang terdiri dari multidisiplin ilmu.

Halaqah ilmiah ini menjadi titik temu mahasantri Pesantren Luhur untuk mendalami berbagai cabang keilmuan. Para mahasantri dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda bertemu dalam satu forum untuk membahas topik tertentu. Topik yang disajikan berbeda setiap harinya, dengan bidang yang berbeda pula. Natasyah, koordinator departemen Penelitian dan Pengembangan Pesantren Luhur mengatakan bahwa judul yang dibahas berbeda setiap harinya. “Jadi judul yang diangkat dalam halaqah ilmiah ini berbeda setiap harinya. Tiap mahasantri dipastikan mendapat jadwal dengan tema pembahasan lintas keilmuannya (yang dipelajari di bangku perkuliahan)”, tutur Natasyah.

Agenda rutin harian ini diinisiasi oleh semangat keilmuan Alm. K.H. Ahmad Mudlor, S.H. yang merupakan pendiri sekaligus pengasuh Pesantren Luhur. Abah Mudlor, --demikian mahasantri Pesantren Luhur menyebut nama murabbinya-- telah menanamkan jiwa yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan terhadap mahasantrinya sejak lama. Disebutkan beberapa judul yang dibawakan hingga saat ini merupakan buah pemikirannya. Tak hanya dari satu bidang ilmu saja, melainkan muncul gagasan baru dari bidang ilmu lain yang perlu dikupas tuntas dalam pelaksanaan halaqah ilmiah.

Salah satu topik pembahasan yang unik adalah halaqah dengan judul “Cara Membuat Alat Las Letup dengan Pembakaran Gas Letup” dimana pembahasannya berfokus pada pengetahuan umum. Judul ini dibawakan oleh Liana, seorang mahasiswi Fakultas Tarbiyah dengan bidang ilmu Pendidikan Bahasa Arab. Ia merasa tertantang untuk membawakan judul di luar bidang keilmuannya tersebut. Ia harus mempersiapkan materi yang akan dibawakannya jauh-jauh hari. “Saat mendapat judul ini jujur saya nervous, pembahasannya belum pernah terpikirkan sama sekali. Makanya saya jadi terpacu untuk mempelajarinya, baca-baca artikel. Alhamdulillah, ternyata bisa juga membawakan topik ini”, ungkap Liana.

Adapun alur dari pelaksanaan halaqah ilmiah ini, tiap mahasantri wajib membuat paper serta slide power point sesuai dengan judul yang didapat. Mahasantri tersebut kemudian harus mempresentasikan materinya dengan audiens seluruh mahasantri Pesantren Luhur saat pagi hari setelah jamaah Subuh. Sesi presentasi dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab serta ditutup dengan sesi pembahasan. Pada sesi ini dilakukan validasi terhadap pembahasan materi dalam diskusi sebelumnya. Selain itu, kesalahan yang ada dalam paper harus direvisi sebelum melampaui tenggat waktu yang telah ditentukan.

Kegiatan halaqah ilmiah ini menjadi kesempatan bagi mahasantri untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Mereka menuturkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat serta melatih mental dan kemampuan public speaking. “Banyak sekali manfaat yang bisa saya peroleh dari adanya halaqah ini. Dari mulai penulisan paper, penyajian materi, sampai sesi diskusi benar-benar melatih mental dan kemampuan saya berbicara di depan umum. Dituntut berpikir kritis juga”, ungkap Utari, salah seorang mahasantri.

Pesantren Luhur menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan agama dapat berjalan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Melalui halaqah ilmiah ini, pesantren Luhur berhasil menciptakan ruang yang tidak hanya membahas kajian-kajian agama, tetapi juga mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai disiplin yang holistik dimana agama dan ilmu pengetahuan dapat berjalan beriringan.


Nur Malina Salsabila

210101110121

Bagikan:

Tradisi Islami Sewelasan di Kediri

 

Sumber : Dokumentasi oleh tuan rumah (12/11)

Kediri (12/11/24) - Sewelasan dilaksanakan pada tanggal 10 Hijriah atau malam 11 seperti bulan-bulan sebelumnya. Tradisi ini merupakan tradisi rutin Islam yang masih dilestarikan hingga sekarang di daerah Kediri.

Rutinan ini beranggotakan bapak-bapak dengan jumlah empat belas, dengan pelaksanaan yang bertempat di rumah masing-masing anggota secara bergiliran. Kegiatan inti di dalamnya berupa pembacaan manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani.

Rumah Bapak Darwanto terlihat sibuk. Bu Yayuk Purniati sebagai istri sedang mempersiapkan hidangan berupa makanan ringan, minuman, juga makanan berat, seperti: nasi beserta lauk pauk dan sayur. Penggelaran karpet, penyiapan tempat, juga properti lainnya juga dipersiapkan untuk kegiatan Sewelasan kali ini.

Acara dilaksanakan mulai pukul 20.00 dan berlangsung selama satu setengah jam. Kegiatan dimulai dengan pembukaan, pembacaan wasilah, dan dilanjutkan dengan pembacaan kitab manaqib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani dengan lagu seperti barzanji, kemudian ditutup dengan do’a. Setelah itu acara makan-makan bersama sebagai bentuk rasa syukur. Para anggota menikmati hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah.

Bulan ini rutinan dihadiri oleh seluruh anggota. “Alhamdulillah seluruh anggota hadir mbak”, ucap ibu tuan rumah. Perbedaan dari rutinan sekarang dengan sebelumnya terdapat pada kehadiran anggota, dimana terkadang hadir semua, juga kadang ada beberapa yang berhalangan.

Rutinan ini dilaksanakan dengan tujuan menghormati Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang telah menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir sehingga dilaksanakan setiap tanggal tersebut untuk memperingati wafatnya.

Banyak nilai yang terkandung dalam tradisi ini, seperti: kebersamaan yang memperkuat hubungan sosial, kemudian keikhlasan hati untuk hadir dalam kegiatan positif juga pemberian sedekah tanpa mengharap imbalan, dan nilai spiritual yang mendekatkan diri kepada Allah juga menguatkan keimanan seseorang melalui tawasul kepada para wali-wali-Nya dan juga pembacaan manaqib.

Meskipun zaman sekarang sudah modern, tetapi tradisi Sewelasan masih dilaksanakan secara rutin hingga saat ini, sehingga tidak mengubah identitas keislaman di daerah Kediri. Tradisi tetap berjalan seperti pada zaman-zaman sebelumnya. Jadi, rutinan ini tidak hanya untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga berfungsi untuk memperkuat pondasi keislaman dan sosial di tengah perubahan zaman.

Sewelasan sendiri merupakan kegiatan rutin yang memadukan antara budaya lokal dan nilai-nilai keagamaan. Budaya lokal tersebut berupa: acara kenduri atau selamatan yang dilaksanakan pada malam sebelas Hijriyah, dimana Sewelas sendiri merupakan angka sebelas dalam Bahasa Jawa. Kenduri atau makan bersama merupakan kegiatan yang tak dapat dipisahkan dengan tradisi Sewelasan ini, dimana di dalamnya mengandung sedekah dari tuan rumah, yakni berupa hidangan juga makanan berat yang disuguhkan saat kegiatan berlangsung.

Bagikan:

Kegiatan Ro’an Pondok pesantren Al-Barokah Tingkatkan Kebersihan dan Solidaritas Santri

 

 

Sumber: Dokumentasi narasumber saat mengikuti kegiatan ro’an

 di Pondok Pesantren Al-Barokah

Malang (26/10/24) – Pondok Pesantren Al-Barokah, Malang, mengadakan kegiatan rutin mingguan bernama “Ro’an”. Ro’an berawal dari kata tabarrukan kemudian disingkat menjadi ro’an yang kemudian menjadi istilah di pondok pesantren sebagai kegiatan gotong royong yang melibatkan seluruh santri untuk membersihkan lingkungan pondok pesantren. Kegiatan ini diadakan setiap hari Sabtu pagi, tepatnya setelah kegiatan jamaah sholat subuh, kecuali jika terdapat agenda besar yang mengharuskan perubahan jadwal.

Menurut Nada Afifa, salah satu santri di Pondok Pesantren Al-Barokah, ro’an menjadi bagian penting dari kehidupan pesantren. “Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kebersihan pondok sekaligus melatih santri dalam bekerja sama dan bersosialisasi dengan teman-teman yang berbeda kamar,” ujarnya. Kegiatan yang dilakukan secara bergilir ini memberikan kesempatan kepada para santri untuk saling mengenal lebih dekat, bahkan dengan teman-teman dari kamar yang berbeda. “Melalui sistem roliing, kami diberi tugas membersihkan area tertentu setiap pekan. Hal ini membantu kami belajar bekerja sama dan saling memahami,” tambah Nada.

Selain meningkatkan kebersihan, ro'an juga dianggap memiliki nilai edukasi sosial. Santri belajar berinteraksi dengan lingkungan dan membangun rasa tanggung  jawab terhadap kebersihan dan kenyamanan tempat tinggal mereka. Agenda gotong royong ini berlangsung dengan penuh semangat. Para santri terlihat bekerja bersama-sama, mulai dari menyapu halaman hingga membersihkan area umum lainnya. Kegiatan ini menjadi momen penting bagi para santri untuk melatih keterampilan kerja sama yang bermanfaat di kemudian hari.

Pondok Pesantren Al-Barokah terus mendorong para santrinya untuk menjaga lingkungan yang bersih dan rapi melalui kegiatan semacam ini. Dengan keberlangsungan ro'an, pesantren berharap dapat menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif untuk belajar serta menumbuhkan semangat gotong royong yang erat dengan nilai-nilai pesantren.

Bagikan:

Mabna Arrazi: Melahirkan Generasi Ulul Albab Melalui Pendidikan Karakter dan Akademik

 

Sumber: Dokumen Pribadi Penulis

Malang (28/10/2024) - Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang, sebagai bagian integral dari sistem pendidikan berbasis pesantren perguruan tinggi, menjadi rumah kedua bagi mahasantri. Dibalik kesibukan akademik dan rutinitas ibadah, pendidikan karakter dan akademik menjadi pilar utama dalam mencetak generasi ulul albab. Hal ini terungkap dalam wawancara eksklusif bersama Latifah Nurul Hidayah, S.Ag., salah satu murobbiah Mabna Arrazi, pada 28 Oktober 2024.

Dalam percakapan hangat itu, Latifah menjelaskan bahwa pendidikan di Ma’had Al-Jami’ah tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter. Salah satu wujudnya adalah program ta’lim, yang terdiri atas ta’lim Al-Qur’an dan ta’lim afkar. “Program ta’lim sudah dijadwalkan dari Senin hingga Jumat, dengan pembagian: ta’lim afkar setiap Senin dan Rabu, serta ta’lim Al-Qur’an setiap Selasa dan Jumat. Waktunya setelah Isya, sekitar pukul 19.30 hingga 21.00,” tutur Latifah.

Program ini memiliki pendekatan pembelajaran yang terstruktur. Mahasantri baru diwajibkan mengikuti placement test untuk menentukan tingkat kemampuan mereka, yang kemudian dibagi menjadi tiga tingkatan: Asasi (pemula), Mutawasith (menengah), dan Al-Aly (lanjutan). Pembagian ini memastikan proses belajar berjalan efektif dan sesuai kebutuhan masing-masing individu.

Metode pembelajaran di Ma’had tidak monoton. Latifah menjelaskan bahwa ta’lim mengombinasikan metode klasikal ceramah, talaqqi, dan presentasi. Pendekatan ini memberikan keseimbangan antara transfer ilmu secara langsung, interaksi mendalam antara pengajar dan mahasantri, serta kemampuan mahasantri untuk aktif dalam proses pembelajaran. “Kami mendatangkan pengajar dari luar Ma’had yang kompeten di bidangnya. Dengan begitu, mahasantri mendapatkan wawasan yang lebih luas,” tambahnya.

Sebagai lembaga pendidikan berbasis pesantren, Ma’had menerapkan aturan ketat. Kegiatan ta’lim bersifat wajib bagi seluruh mahasantri. Bagi yang tidak mengikuti, akan dikenai iqob (hukuman) sebagai bentuk pembinaan. “Penerapan iqob ini bertujuan mendisiplinkan mahasantri sekaligus menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban mereka,” ungkap Latifah.

Menurutnya, pendidikan karakter yang ditanamkan melalui kegiatan ta’lim sangatlah penting. Program ini tidak hanya mendidik secara intelektual, tetapi juga menanamkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, kedisiplinan, dan spiritualitas yang kuat.

Latifah menekankan bahwa program pendidikan di Ma’had berakar pada visi membentuk pribadi ulul albab yaitu generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual dan kepekaan sosial. “Kegiatan di Ma’had dirancang untuk membentuk pribadi yang berkarakter kuat. Nilai-nilai ini menjadi bekal penting dalam kehidupan mereka sebagai mahasiswa dan anggota masyarakat,” ujarnya penuh semangat.

Sebagai penutup wawancara, Latifah menyampaikan pesan inspiratif: utlubul ilma minal mahdi ila lahdi carilah ilmu sejak buaian hingga liang lahad. Pesan ini, katanya, menjadi pengingat bagi mahasantri untuk terus belajar dan berkembang sepanjang hayat.

Dengan sistem pendidikan yang terorganisasi dan berlandaskan nilai-nilai karakter, Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang telah menjadi tempat pembentukan generasi unggul. Program-program seperti ta’lim tidak hanya memperkuat kemampuan akademik, tetapi juga membangun karakter yang menjadi fondasi utama menuju kesuksesan dunia dan akhirat.

Bagikan:

Gebrakan Mahasiswa UIN Malang, Nyalakan Jiwa Sosial dengan Konser Amal

Malang (25/11) – Pagelaran konser amal oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Religius UIN Malang meramaikan Maliki Plaza selama tiga malam berturut-turut. Beragam penampilan seperti orkestra gambus, akustik, dan qosidah yang dibawakan oleh muda-mudi pegiat seni kampus Ulul Albab ikut memeriahkan aksi sosial ini. Berlangsung kurang lebih satu bulan, kegiatan ini dibuka dengan open donasi secara online di media sosial. Penggalangan dana dari konser amal akan diberikan kepada yayasan panti asuhan KH. Muhammad Mas Mansur bertempat di Malang.

Dokumentasi Panitia: Konser Amal UKM Seni Religius (8/7)

Royyan (21), ketua umum UKM Seni Religius menuturkan bahwa konser amal ini bukan yang pertama kali digelar. Melainkan jadi agenda tahunan dalam periodisasi organisasi. “Sebelumnya sudah pernah dilakukan, bahkan ini sedikit flashback dulu sempet beberapa kali dilakukan di zaman senior saya, dulu malah kita sempet mendatangkan guest star Opick. Dulu memang ada rangkaian yang lebih besar lah daripada yang saya lakukan di periode ini” tuturnya (26/10).

Tercetusnya konser amal pada mulanya sekedar untuk memenuhi garis-garis besar program kerja UKM Seni Religius. Namun, berkat antusiasme para muda mudi pegiat seni, euphoria konser amal ini bisa dikatakan berhasil membawa impact besar bagi banyak orang. Kegiatan yang dikoordinatori oleh Rika Juliana ini menjadi gebrakan bagi para mahasiswa, untuk terus menebar nilai kemanusiaan dan kebaikan di sekitar. Sebagaimana salah satu isi tri dharma perguruan tinggi, pengabdian masyarakat. Konser amal dan open donasi ini menjadi bentuk rangkulan mahasiswa kepada masyarakat sekitar, peka akan sosial, dan membuka kesadaran tentang arti kemanusiaan.

Impact positif yang begitu banyak tidak menutupi bahwa eksekusi kegiatan ini juga tetap memiliki kekurangan yang perlu dievaluasi. “Dari segi persiapan memang masih banyak yang menjadi catatan bagi kita, masih banyak evaluasi yang kita dapati ketika pelaksanaan, baik dari segi perencanaan, persiapan maupun eksekusi. Namun di lain sisi untuk indikator yang kita tetapkan itu sudah dipenuhi” ungkap Royyan (26/10).

Meski demikian, melihat besarnya manfaat konser amal, program ini akan tetap dipertahankan dan terus digalakan pada periode selanjutnya sebagai bentuk aksi sosial di kalangan pegiat seni islami. Seperti penuturan Royyan (26/10), “Kalau menurut saya pribadi, teman-teman pengurus selanjutnya apabila hal ini dirasa baik bagi kita maupun bagi orang lain silahkan diteruskan, dengan catatan silahkan lihat dari evaluasi tahun ini.”

Dokumentasi Panitia: Penyerahan Donasi Secara Simbolis (8/7)

Royyan juga mengungkapkan kesan bahagia atas pelaksanaan konser amal kali ini yang mendapat antusias luar biasa dari banyak kalangan. “Saya sangat bahagia lah. Kita bisa berbagi dengan temen-temen yang ada diluar dalam tanda kutip kurang beruntung dengan kita disini. Kita bisa berbagi kebahagiaan dan rezeki. Kita bisa menyalurkan niat baik dari orang lain baik dari UKM maupun pihak eksternal. Harapan kedepannya semoga hal-hal yang dikira baik silahkan diteruskan oleh penerus UKM seni religius periode selanjutnya”. (26/10)

Konser amal Seni Religius ini juga menjadi momentum berharga sebelum menutup tahun ajaran baru di masa perkuliahan. Para mahasiswa yang sudah terbiasa berlatih dengan musiknya, baik gambus, qosidah maupun akustik, bisa puas menampilkan hasil dari latihannya selama satu periode. Mereka mengerahkan segala kemampuannya untuk bisa menghibur para pengunjung yang sudah dengan rela berbagi donasi. Perpaduan yang begitu sempurna, ketika jiwa seni dapat tersalurkan untuk menghibur dan berbagi dengan sesama.

Teman-teman juga bisa menjadikan kegiatan konser amal ini sebagai inspirasi untuk menciptakan ide-ide baru lainnya yang positif dan bermanfaat bagi sekitar. Terutama bagi para muda-mudi yang mau produktif di masa ‘golden age’ nya.

Bagikan:

DEDIKASI SENI TARI TRADISIONAL DI ERA MODERN

 

Sumber : sanggartaribaliquiart.blogspot.com

Malang (16/11/2024) – Seni tari merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya dan menyampaikan pesan kepada generasi muda. Hal ini diyakini oleh Adisvy Intania, mahasiswi jurusan Hukum Keluarga Islam UIN Malang angkatan 2021, yang telah mendedikasikan hidupnya untuk seni tari sejak usia dini.

Dalam wawancara eksklusif, ia menceritakan perjalanan panjangnya di dunia tari. “Saya mulai tertarik pada seni tari sejak kecil, diperkenalkan oleh kakak dan paman saya. Tari menjadi cara bagi saya untuk mengekspresikan diri sekaligus melestarikan budaya,” ujar Adisvy. Minat ini mulai ia tekuni sejak usia enam tahun, ketika bergabung dengan Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia Rantik Bandung. Di sana, ia mempelajari berbagai tari tradisional kreasi baru, seperti Tari Pelangi, Tari Rio Kendang Tulungagung, Tari Bapang, dan Tari Bajid Dor Kahut.

Meski penuh kecintaan, ia mengaku ada banyak tantangan yang ia alami selama menekuni dunia tari dalam. “Tantangan terbesar saya adalah menjaga keseimbangan antara komitmen pribadi dan profesional, serta terus berinovasi tanpa menghilangkan esensi tari tradisional,” jelasnya. Sebagai penari tradisional Jawa, Adisvy menekankan pentingnya teknik dasar seperti wiraga (gerakan tubuh), wirama (keselarasan gerak dengan irama), dan wirasa (penghayatan jiwa dalam tarian). Ia menganggap elemen-elemen ini sebagai kunci untuk menyampaikan pesan dan emosi dalam setiap gerakannya.

Ia juga menceritakan tentang salah satu momen paling berkesan dalam karirnya, yaitu ketika tampil di ajang Pemberdayaan dan Pengembangan Seni Tradisi (PPSD) pada tahun 2018 di Surabaya dan 2019 di Bojonegoro. Dalam dua kesempatan tersebut, ia bersama timnya berhasil meraih penghargaan kategori emas dan perak. “Pertunjukan itu tidak hanya menampilkan tari, tetapi juga memadukan seni drama. Oleh karena itu, ini menjadi pengalaman yang sangat spesial bagi saya,” kenangnya.

Ia percaya bahwa generasi muda harus diberi ruang untuk mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri. Melalui berbagai kegiatan seni, ia berharap dapat menginspirasi lebih banyak anak muda untuk mendalami tari tradisional. “Tari bukan hanya soal gerakan, tetapi juga soal memahami sejarah, nilai, dan filosofi di balik setiap langkahnya,” ungkapnya. Untuk mewujudkan visi tersebut, ia berencana mendirikan sanggar tari di kampung halamannya suatu saat nanti. “Saya ingin menciptakan tempat di mana anak-anak bisa belajar, berekspresi, dan mencintai budaya mereka tanpa tekanan,” tambahnya.

Bagi Adisvy, menari bukan hanya sekedar hobi, tapi juga cara ia dalam  mengenal dan melestarikan budaya. “Tari adalah cara saya menjalin koneksi dengan budaya sekaligus memperkaya pengalaman pribadi,” ujarnya. Melalui tari, ia berharap dapat terus menginspirasi generasi muda untuk melestarikan warisan budaya Indonesia.

Oleh karena itu, dengan dedikasinya ia telah membuktikan bahwa seni tradisional mampu menjadi medium yang kuat untuk menjaga dan merayakan kekayaan budaya bangsa. Ia adalah contoh nyata bagaimana cinta pada budaya bisa menjadi semangat untuk terus berkarya dan berbagi.

Bagikan:

Candi Singosari: Destinasi Wisata Budaya dan Edukasi di Kabupaten Malang


Malang (10/11/2024) - Candi Singosari, peninggalan bersejarah dari abad ke-13 yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menjadi salah satu destinasi budaya utama di Indonesia. Situs ini tidak hanya menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Singosari, tetapi juga pusat kegiatan budaya, spiritual, edukasi, dan penelitian. Dengan keindahan arsitektur serta nilai historisnya, Candi Singosari terus menarik perhatian masyarakat lokal maupun mancanegara.

Sebagai destinasi budaya, candi ini menawarkan banyak hal menarik bagi pengunjung. Relief yang menghiasi dinding candi menggambarkan cerita dari epos Mahabharata dan Ramayana, sekaligus mencerminkan perpaduan unsur Hindu-Buddha yang mendominasi budaya Kerajaan Singosari pada masa itu. "Setiap harinya, candi ini menarik sekitar 50 hingga 100 pengunjung, baik dari kalangan wisatawan lokal, mancanegara, akademisi, hingga seniman yang tertarik mendalami kekayaan sejarah dan nilai budaya yang dimilikinya," jelas Daman Wuri, salah satu pengelola Candi Singosari.

Selain nilai sejarah, Candi Singosari menawarkan pengalaman spiritual bagi pengunjung. Banyak wisatawan yang memanfaatkan area candi untuk meditasi atau ritual keagamaan, terutama di sekitar patung-patung seperti Siwa Mahadewa dan Durga Mahisasuramardini, yang dianggap memiliki kekuatan spiritual. "Beberapa pengunjung bahkan melakukan ritual sesajen sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur, menjadikan candi ini sebagai tempat yang sakral bagi masyarakat lokal," tambah Daman Wuri.

Tidak hanya menjadi tempat wisata sejarah dan spiritual, Candi Singosari juga menjadi panggung seni budaya. Pada momen-momen tertentu, seperti perayaan Suro dalam kalender Jawa, digelar pertunjukan seni tradisional seperti Tari Topeng Malangan dan Tari Jaranan. "Pertunjukan ini selalu berhasil menciptakan suasana magis, sekaligus memperkenalkan seni tradisional kepada generasi muda dan wisatawan," pungkas Daman Wuri. Workshop seni, seperti pelatihan gamelan dan tari tradisional, juga sering diadakan di area candi, memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk belajar langsung tentang budaya lokal.

Selain berbagai kegiatan seni dan spiritual, kawasan Candi Singosari juga dikenal sebagai tempat fotografi yang menarik. Banyak wisatawan, terutama dari kalangan muda, memilih candi ini sebagai lokasi untuk berswafoto. Keindahan arsitektur yang berpadu dengan latar belakang pemandangan alami menjadikan Candi Singosari salah satu tempat favorit bagi konten kreator dan fotografer. Beberapa dari mereka sering mengunggah hasil fotonya ke media sosial, yang secara tidak langsung semakin memperkenalkan keindahan candi ini kepada khalayak luas.

Candi Singosari juga menarik perhatian komunitas akademik. Para peneliti dari dalam dan luar negeri secara rutin melakukan studi lapangan di candi ini. "Setiap bulan, ada sekitar lima hingga sepuluh tim penelitian yang datang untuk mempelajari lebih dalam teknik arsitektur kuno, simbolisme relief, dan pengaruh budaya Hindu-Buddha dalam seni rupa," ungkap Daman Wuri. Kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan akademis, tetapi juga membuka peluang untuk menemukan informasi baru mengenai sejarah Nusantara.

Dengan keunikan dan kekayaan budaya yang dimilikinya, Candi Singosari terus menjadi magnet bagi wisatawan yang mencari pengalaman wisata budaya yang mendalam. Pemerintah daerah bersama masyarakat dan komunitas pelestari budaya berupaya meningkatkan fasilitas di sekitar candi untuk memastikan kenyamanan pengunjung. Melalui pengembangan yang berkelanjutan, sehingga Candi Singosari dapat terus lestari dan menjadi jendela budaya yang menghubungkan generasi masa kini dengan kejayaan masa lalu.

Bagikan:

Coding dan AI Siap Diajarkan di Sekolah Terpilih

 

Malang (27/11/24) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI, Prof. Abdul Mu’ti, menyebut bahwa coding dan Artificial Intelligence (AI) akan diajarkan mulai dari kelas 4 SD hingga SMP. Rencana ini adalah buntut dari permintaan wakil presiden Gibran yang ingin mewujudkan Indonesia Emas melalui penguasaan teknologi berupa coding dan AI sejak dini. Materi ini akan diajarkan sebagai mata pelajaran pilihan dan hanya diterapkan pada sekolah-sekolah tertentu saja.

Guru Madrasah Ibtidaiyah, Kukuh Iman Sayekti, menanggapi bahwa ide tersebut cukup menarik untuk membuka ruang bereksplorasi bagi anak-anak. Namun, hanya karena pemerintah ingin menciptakan talenta digital, tidak tepat jika membebani anak-anak, dan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. “Bahan ajar harus sesuai dengan kemampuan anak,” kata Kukuh. Senin (23/11)

Menurutnya, prasyarat pertama yang harus ditanamkan pada siswa untuk mencapai pemecahan masalah yang baik adalah berpikir logis. Dijelaskannya, seorang programmer atau coder harus mampu menyelesaikan permasalahan dalam suatu sistem pengkodean satu per satu. Oleh karena itu, diperlukan pula pelajaran moral tentang kesabaran dan ketelitian yang tinggi agar pekerjaan tidak harus terulang kembali dari awal. “Kita perlu membantu siswa memahami sifat dari proses tersebut sehingga mereka tidak terjebak dalam keinstanan AI,” katanya.

Selain mendorong pendidikan terkait teknologi, penekanan juga harus diberikan pada penanaman nilai-nilai moral dan etika. Hal ini untuk membantu anak-anak menggunakan AI dengan bijak dan menghormati hak dan privasi orang lain. Literasi digital juga perlu kita ajarkan agar anak-anak dapat memahami permasalahan dalam kerangka pemahaman coding dan AI.

Mengenai peminatan mata pelajaran coding dan AI hanya di sekolah tertentu, Kukuh mengatakan hal ini tidak tepat karena guru diharuskan mengajar matematika rasional dan logika komputasi kepada guru muda dan kembali ke konsep dasar. Guru mungkin perlu memperluas pengetahuan mereka tentang alat pengkodean.

Kukuh juga mempertanyakan kesiapan pemerintah terkait infrastruktur yang digunakan guru dan siswa, termasuk ketersediaan laptop dan komputer. “Belajar eksklusivitas tidak pernah baik. Semua harus dipersiapkan dengan matang, jadi tidak perlu ambisius dan terburu-buru,” ungkapnya.

Kukuh berharap antusiasme siswa terhadap program tersebut semakin meningkat ketika pemerintah memasukkan pembelajaran coding dan AI ke dalam kurikulum 2025-2026. Program tersebut juga harus sesuai dengan semangat guru. Jika guru tidak melakukan hal ini, maka program tidak akan berjalan lancar. Dan bagaimana guru dapat menawarkan mata pelajaran ini kepada siswanya, meskipun itu hanya bidang keahlian guru dapat membantu siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran coding dan AI harus mampu membangkitkan minat.

Bagikan:

Minggu, 08 Desember 2024

Kreativitas Mahasantri Al-Khawarizmi : Mendaur Ulang Barang Bekas Menjadi Kostum Seorang Pangeran


Foto diambil dari instagram mahasantriuinmalang

Malang - Malam yang cerah pada 19/10/2024 di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Maliki Malang menyimpan semangat luar biasa. Dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional, sebuah lomba fashion dengan tema unik berhasil mencuri perhatian. Lomba ini bukan sekadar adu kreativitas, tetapi juga membawa pesan mendalam tentang kepedulian lingkungan. Peserta dari setiap mabna berkompetisi dengan desain busana yang memanfaatkan bahan bekas, membuktikan bahwa seni dan kepedulian sosial dapat berpadu dengan harmoni.

Salah satu penampilan yang menonjol datang dari Mabna Al-Khawarizmi, dengan tema "Kingdom of Empire". Kostum mereka mengusung warna emas dan hitam, yang mencerminkan keanggunan serta kekuatan. Bahan utama kostum ini adalah bubble wrap yang dikumpulkan dari sisa paket para mahasantri. “Membuat kostum dari bahan bekas itu menantang, tetapi justru di situlah semangatnya,” ungkap Uda Ahmad, musyrif yang menjadi penanggung jawab lomba ini. Ia juga menjelaskan bahwa proses pembuatan memakan waktu dua minggu dengan tantangan terbesar adalah menyesuaikan kostum pada talent.

Acara ini adalah bagian dari program kerja divisi kesantrian Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang. Berbagai perlombaan seperti tari zafin, yel-yel, MTQ, dan lomba kreatif lainnya turut memeriahkan HSN tahun ini. Setiap mabna memilih delegasi terbaik mereka untuk berpartisipasi. Perlombaan berlangsung sejak awal Oktober dengan jadwal bergantian, sehingga dalam setiap perlombaan berlangsung dengan beragam penonton dengan antusias yang berbeda.

Pada malam perlombaan fashion berlangsung, antusiasme begitu terasa. Penonton dari berbagai mabna bersorak mendukung jagoan mereka, sementara peserta lomba fashion berjalan di atas panggung dengan penuh percaya diri. Setelah melakukan cat walk terdapat dua mahasantri sebagai presentator guna menjelaskan dan memaparkan filosofi, tema dan serta bahan yang digunakan. Mabna Al-Khawarizmi tampil sangat elegan sesuai dengan yang diharapkan, ditambah dengan tepuk tangan serta teriakan dari penonton. Pada malam penutupan lomba HSN 2024 pada cabang fashion berhasil meraih juara ketiga secara keseluruhan, sekaligus menjadi juara pertama diantara seluruh mabna putra. Prestasi ini membanggakan, mengingat persaingan antar mabna yang sangat tinggi.

Lomba fashion ini lebih dari sekadar estetika. Dengan memanfaatkan limbah sebagai bahan dasar, acara ini mengedukasi pentingnya pengelolaan sampah dan kreativitas dalam kehidupan sehari-hari. “Kami ingin menyampaikan pesan bahwa seni bisa berkontribusi pada kepedulian lingkungan,” tambah Uda Ahmad. Melalui lomba ini, para peserta tidak hanya berlomba menunjukkan kreativitas, tetapi juga menyampaikan pesan sosial yang relevan. Malam itu menjadi bukti nyata bahwa seni, budaya, dan kepedulian sosial dapat berpadu menciptakan harmoni yang memukau.

Bagikan:

Bullying Di Era Digital: Keberlangsungan Generasi Muda Antara Sekolah Dan Media Sosial

Gambar 1. Perudungan Anak Usia Dini
By: NU Online

Malang (1/12/24) – Fenomena perundungan atau bullying terus menjadi masalah sosial yang kompleks, terlebih dengan berkembangnya media sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi muda. Jika dulu bullying hanya terjadi di lingkungan sekolah, kini media sosial telah membuka "medan baru" bagi perundungan yang tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Menurut laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), perundungan di sekolah masih menduduki peringkat tertinggi dalam pengaduan masalah anak. Namun, tren baru menunjukkan bahwa perundungan siber (cyberbullying) mengalami peningkatan signifikan seiring dengan semakin maraknya penggunaan platform digital oleh anak-anak dan remaja. 

Bullying di sekolah masih menjadi perhatian serius. Perundungan sering kali berbentuk verbal, fisik, atau psikologis, seperti ejekan, pemukulan, hingga pengucilan sosial. Mahasiswa Berprestasi Program Studi Psikologi UNPAD, Rafli Iltizamulloh mengatakan bahwa Korban cyberbullying tidak dapat melarikan diri dari perundungan, karena media sosial dan platform digital selalu dapat diakses kapan saja. Ini meningkatkan risiko trauma yang lebih mendalam. Di dunia maya, pelaku bullying sering merasa "aman" karena anonimitas. Hal ini membuat mereka lebih berani melakukan tindakan yang tidak akan mereka lakukan secara langsung. 

“Perlu dilakukan terapi perilaku kognitif kepada pelaku, karena dapat membantu pelaku bullying memahami penyebab perilaku mereka dan mengajarkan cara berinteraksi secara sehat.” – Tambahnya. Studi terbaru dari UNESCO menunjukkan bahwa lebih dari 30% siswa di Indonesia pernah mengalami bullying. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh korban tetapi juga oleh pelaku dan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Korban sering kali menderita gangguan kecemasan, depresi, hingga risiko bunuh diri, sedangkan pelaku bisa terjebak dalam siklus perilaku negatif yang sulit dihentikan. 

Ali Hasan Assidiqi, selaku guru di SDN Sumbersari 2 Malang berpendapat bahwa sebenarnya bukan suatu fenomena tetapi sesuatu yang memang kerap terjadi di mana pun termasuk di sekolah. Dan sebenarnya hal itu dipengaruhi oleh pergaulan dan cara berfikir yang menganggap hal sepele akan tetapi dari hal tersebut yang nantinya berujung fatal dan menyebabkan perundungan yang berat. Pergaulan yang buruk sering kali membuat individu merasa tertekan untuk mengikuti perilaku negatif kelompok, termasuk perundungan. 

Baca Selengkapnya: Revolusi Pendidikan Segi Mental, By KemenkoPMK

Korban perundungan sering kali berasal dari individu yang kurang memiliki dukungan sosial di lingkungan pergaulannya. Mereka cenderung terisolasi atau dianggap berbeda, sehingga menjadi target yang rentan. “Jadi hal ini memang harus di atas dengan baik oleh berbagai pihak baik sekolah dan orangtua hingga yang mendukung yakni teman dan masyarakat.” – Tambahnya. 

Kehadiran media sosial membawa tantangan baru dalam isu perundungan. Berbeda dengan bullying tradisional, cyberbullying dilakukan melalui platform digital, seperti Instagram, TikTok, WhatsApp, atau bahkan permainan daring. Perundungan jenis ini sering kali anonim, sehingga pelaku merasa lebih aman melakukan tindakan yang merugikan korban.

Gambar 2. Data Perudungan Anak
By: Litbang Kompas

Salah satu kasus yang sempat viral di Indonesia adalah seorang remaja yang menjadi korban penghinaan di grup media sosial sekolahnya. Korban mengalami tekanan emosional yang hebat akibat komentar-komentar negatif tentang penampilan fisiknya. Kasus ini menunjukkan bahwa cyberbullying dapat merusak mental korban dalam waktu singkat, bahkan lebih cepat daripada bullying konvensional.

Bullying, baik di sekolah maupun di media sosial, adalah masalah serius yang harus ditangani secara bersama-sama. Dengan pendekatan yang holistik, termasuk pendidikan karakter, pengawasan orang tua, dan regulasi media sosial, generasi muda dapat dilatih untuk menjadi pribadi yang peduli terhadap sesama dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Kita harus memastikan bahwa setiap anak merasa aman, baik di lingkungan fisik maupun digital.

Baca Juga: Eksplorasi Dampak Digital Media Sosial.

Bagikan:

Program Fasttrack, Lulus Sarjana dan Magister Dalam Waktu Singkat


Malang (02/12/2024) - Program Fasttrack merupakan program perkuliahan yang memungkinkan mahasiswa menyelesaikan dua jenjang pendidikan sekaligus, seperti program sarjana (S1) dan magister (S2) yang dilakukan dalam satu waktu yang singkat dibandingkan dengan jalur reguler. Program ini mengintegrasikan sebagian kurikulum dari kedua jenjang tersebut. UIN Malang menjadi salah satu kampus yang membuka program ini untuk mahasiswa dan mahasiswinya yang tentunya dengan memenuhi persyaratan sebagaimana yang terlampir pada gambar di bawah ini. Program ini biasanya akan membuka pendaftaran pada awal bulan Agustus dan memulai perkuliahan pada awal bulan September.


Sumber: https://pmb.uin-malang.ac.id/program-fast-track-pascasarjana/


Program percepatan ini dirancang untuk mahasiswa yang ingin mempercepat waktu studi tanpa mengurangi kualitas pembelajaran. Dalam program ini, mahasiswa dapat mengambil mata kuliah magister dalam waktu yang bersamaan dengan mata kuliah sarjana, sehingga dapat mempercepat penyelesaian kedua jenjang pendidikan. Program ini tidak hanya unggul dalam efesiensi waktu saja, tetapi juga memberikan keunggulan kompetitif bagi lulusannya dalam dunia kerja atau akademik.


Sulthan Fathani Elsyam, salah satu mahasiswa yang mengikuti program Fasttrack di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memberikan pandangan terkait program tersebut. “Sebenernya program Fasttrack itu punya kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangin sebelum mahasiswa daftar di program tersebut, karena pasti akan berpengaruh buat kedepannya.” Ujarnya. 


Mahasiswa yang kerap disapa dengan panggilan “Mas Sul” tersebut menambahkan beberapa hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan dalam program Fasttrack ini. Beberapa poin kelebihannya antara lain adalah: (1) Mahasiswa dapat lulus S2 di usia muda. (2) Mahasiswa dapat memulai karir dengan cepat. (3) Mahasiswa dapat menghemat biaya pendidikan dan biaya hidup. (4) Mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan dan penelitian. (5) Mahasiswa dapat mempublikasikan artikel ilmiah. (6) Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan manajemen waktu dan komunikasi.


Adapun beberapa poin kekurangannya antara lain adalah: (1) Jadwal yang lebih padat dapat menghambat mahasiswa dalam mengasah soft skill dan sosialisasi. (2) Tidak semua orang cocok di program Fasttrack ini. (3) Mahasiswa Fasttrack dituntut untuk melakukan dua jenjang perkuliahan pada waktu yang bersamaan, yang tentunya sangat tidak mudah.


Sumber: https://uin-malang.ac.id/blog/post/more/3965970034/9


Program Fasttrack ini merupakan solusi inovatif untuk mahasiswa yang ingin mempercepat perjalanan akademik mereka dengan tetap mempertahankan kualitas pendidikannya. Sehingga, dengan memanfaatkan program ini, mahasiswa dapat mempersiapkan diri menjadi lulusan yang lebih kompetitif dan siap menghadapi tantangan global.


Bagikan:

EduKita

Kategori Tulisan

Arsip Tulisan